Rabu, 19 Juni 2013

My Hentai Prince chapter 4


Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : OOC, Typo(s), Maybe I lose a few of EYD, LIME dll.
Dont like? Up to you :)
Happy Reading


Perempuan berambut soft pink itu duduk termenung di bangku taman bermain. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Sesekali cairan bening kembali menetes di pipinya yangchuby, tetapi langsung ia seka air mata itu dengan cepat agar tidak ada orang yang tahu bahwa dia kembali menangis. Ah, lagi-lagi perempuan itu menangis. Tentu saja dia menangis akibat perbuatan Uchiha mesum yang berstatus menjadi pacar tak resminya. Mengingatnya saja membuat perempuan itu kesal setengah mati. Rasanya perempuan itu ingin memukulinya sampai tak berbentuk lagi.
"Ini, aku membawakan es krim untukmu."
Perempuan itu kemudian menoleh ke arah suara berasal. Terlihat seorang pemuda berambut merah dan berwajah baby face tersenyum lembut sembari memberikan es krim vanilla ke arahnya.
"Te—terimakasih—umm..."
Seolah mengerti, pemuda itu langsung menjawab. "Akasuna. Akasuna Sasori."
Perempuan itu kini tersenyum lembut kemudian mengambil es krim yang ada di tangan kanan Sasori dan mulai memakannya. Ah, mungkin es krim ini dapat mendinginkan kepalanya sejenak.
"Kalau begitu, siapa namamu?"
Haruno Sakura menoleh ke arah pemuda itu kemudian tersenyum lembut. "Aku Haruno Sakura."
"Oh, nama yang bagus."
"..."
"..."
Seketika perasaan hening menghinggapi keadaan mereka berdua. Tidak ada lagi pembicaraan yang keluar dari mulut kedua makhluk berbeda jenis tersebut. Yang terdengar hanya semilir angin yang berhembus diantara mereka. Jujur saja, Sakura benar-benar tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Ingin rasanya mencari topik pembicaraan yang menarik untuk mereka. Tapi apa? Hanya itu yang Sakura pikirkan.
Tunggu.
Sebenarnya ada satu hal lagi yang perempuan itu pikirkan.
Kenapa dirinya tiba-tiba meminta pemuda merah itu untuk membawanya?
Ah, mungkin saat itu pikirannya telah kacau karena Sasuke, jadi wajar saja dia meminta pemuda itu untuk membawanya kemana saja, asalkan tidak ke Love Hotel. Untung saja tiket taman bermain miliknya dan milik Sasuke ada di dalam tas selempang kecilnya, jadi dia dan Sasori—nama pemuda merah itu—bisa pergi ke taman bermain ini berdua.
"Nee, Haruno-san." Ujar Sasori memecahkan keheningan. "Kenapa kau tadi menangis?"
Sakura pun tersentak saat Sasori bertanya seperti itu kepadanya. Mungkin bagi pemuda itu hanya pertanyaan sepele yang cuma memerlukan jawaban yang sama sepelenya. Tapi bagi Haruno Sakura jawabannya sangat sulit. Ah, apa yang harus dia jawab?
"I—itu—a—anu—se—sebenarnya aku terpisah dengan temanku saat di kereta," Jeda sejenak, "Makanya aku bingung dan menangis karena tidak menemukan mereka. Hahaha. Aku cengeng ya."
Dusta.
"Oh, begitu ya,"
Kau telah membohongi dirinya dan dirimu sendiri, Haruno Sakura.
"Ya, begitulah."
"Tapi kenapa kau sampai menciumku?"
SKAK MAT!
Bagai tersengat listrik, Sakura kaget setengah mati. Pertanyaan ini terlalu bahaya dan terlalu sulit untuk di jawab.
"I—itu—ka—karena aku—umm—a—anu..."
"Karena apa, Haruno-san?"
Sepertinya, Akasuna itu tidak sabar menunggu jawaban dari perempuan berambut soft pink dihadapannya.
"Karena itu adalah sa—salam atas pertemuan kedua kita." Sakura tertawa canggung. "Ya, di—di buku yang pernah aku baca tentang Amerika, mereka memberi salam seperti i—itu."
Ah, alasan yang bagus. Lumayan.
"Begitu ya," Sasori menghela nafas kecewa."Aku kira ada hal yang istimewa."
"Ba—bagaimana ka—kalau kita naik bianglala?" Sakura mencoba mengalihkan perhatian atau lebih tepatnya pembicaraan mereka. "Aku ingin naik itu."
"Ide yang bagus," Sasori menarik tangan Sakura untuk berdiri. "ayo."
Ah, saat ini bersama Akasuna Sasori lebih baik daripada bersama Uchiha Sasuke.

"Ah, hari ini benar-benar menyenangkan," Sakura berseru senang sembari merenggangkan otot-ototnya kemudian menoleh ke arah pemuda berwajah baby face disampingnya. "Apa kau senang, Akasuna-san?"
Pemuda yang bernama Akasuna itu tersenyum kemudian mengangguk setuju. Berarti mereka sama-sama senang hari ini.
"Maaf ya, kau jadi mengantarkanku pulang sampai ke rumah," Sakura terdiam sejenak. "A—andai saja teman-temanku tak meninggalkanku..."
"Tak apa, Haruno-san," Sasori tersenyum melihat perempuan disampingnya. "jadi, dimana rumahmu?"
"Umm, tinggal beberapa meter lagi," Mereka berdua melanjutkan perjalanannya. "ah, itu rumahku."
"Hmm, rumah yang bagus. Apa kau tinggal sendirian?"
"Ya, apa kau juga, Akasuna-san?"
Pemuda merah itu menggeleng pelan. "Tidak, aku bersama ibuku."
"Wah, enaknya," Jujur, dalam hatinya, perempuan soft pink itu merasa iri dengan Sasori. Tapi apa daya, orangtua Sakura sudah berpisah dan tanpa rasa kasihan menitipkannya pada nenek kesayangannya. Ya, nenek Chiyo. Tak lama setelah Sakura tinggal berdua dengan nenek yang sangat disayanginya, nenek itu telah meninggal karena sakit keras. Ah, mengingatnya entah kenapa membuat perempuan itu merasa kehilangan. "pasti rumahmu terasa lebih ramai."
Perempuan itu menghela nafas lelah.
Hidup sendiri memang berat.
"Kau kenapa? Haruno-san?"
Sebuah pertanyaan kembali meluncur di bibir Akasuna Sasori. Tapi entah kenapa Sakura merasa pertanyaan itu sangat mudah untuk dijawab.
"Tak apa, mau masuk?"
Pemuda itu menggeleng sambil tersenyum. "Sudah jam 8 malam, aku harus pulang."
"Benarkah? Tunggu sebentar," Sakura merogoh tas selempang kecil miliknya kemudian mengeluarkan sebuah bingkisan berwarna coklat. "ini hadiah untukmu."
Dengan ragu, pemuda itu mengambilnya. "Apa ini?"
"Bukalah,"
Tanpa basa-basi lagi, Sasori langsung membuka bingkisan itu. Betapa terkejutnya dia. Sebuah sarung tangan hangat berwarna merah yang sama merahnya dengan rambut miliknya telah berada di atas tangannya.
"Itu hadiah untukmu karena kau sudah menemaniku seharian ini."
Pemuda itu tersenyum. Jadi ini alasannya saat Sakura meminta ijin untuk pergi ke mall terdekat.
Ah, hadiah ini terlalu manis bahkan sukses menampilkan rona tipis di wajah pemuda baby face itu.
Haruno Sakura...
Sepertinya dia tak akan salah lagi kali ini.
"Arigatou, Sakura-chan!"
Sasori langsung melengos pergi sambil tersenyum. Tentu saja rona merah masih setia mewarnai wajahnya yang baby face itu. Meninggalkan Sakura yang juga merona karena Sasori memanggil namanya dengan nama kecilnya bahkan ditambah dengan suffikschan.
Haruno Sakura...
...kau akan menjadi milikku. Milik Akasuna Sasori.
.
.
.
Perempuan itu menguap sejenak. Tadi malam dia kurang tidur. Salahkan si Uchiha mesum itu yang membuatnya mendapat kenangan-kenangan buruk tak terlupakan. Perempuan itu menghela nafas lelah. Kepalanya terasa agak pusing. Mungkin akibat kurang tidur. Apa sebaiknya dia tidur di kelas? Ah, tidak. Hal itu bisa menurunkan popularitasnya sebagai perempuan rajin belajar.
Beberapa saat kemudian, perempuan berambut soft pink itu telah sampai di depan kelasnya. Kelas 2-2. Kelas yang menjadi tempat untuk mendapatkan ilmu yang dipelajarinya. Dibukanya pintu kelas itu dengan perlahan kemudian menatap kelasnya dengan intens sambil menghela nafas lega.
"Syukurlah tidak ada o—!"
"Sakura?"
Perempuan berambut soft pink itu berani bersumpah bahwa dia mengenal suara yang tepat berasal dari belakang tubuhnya. Dengan perlahan, perempuan itu menoleh ke arah suara itu berasal. Demi Tuhan, perempuan itu sungguh tidak dapat menahan ekspresi terkejutnya saat dihadapannya sekarang telah berdiri orang yang sangat dia benci.
Ya...,
"Sa—Sasuke...?"
...Uchiha Sasuke.
Sakura mendecih kesal. Sial, padahal beberapa saat yang lalu dia sendirian, tapi beberapa saat kemudian muncul 'Pantat Ayam Mesum' yang sukses membuat dunia kebahagian Haruno Sakura hancur berkeping-keping.
Sial.
"Minggir! Aku mau keluar!" Sakura mendorong tubuh Sasuke yang berada tepat di depanya.
"Kalau aku tidak mau bagaimana, Nona Haruno?" Sasuke kemudian berdiri tepat di depan pintu kemudian merentangkan tangannya untuk menghalangi Sakura agar tidak keluar.
Sakura mendecih kesal. "Aku benci padamu! Cepat minggir!"
Sasuke tersenyum licik. "Kau boleh keluar saat kau menjawab pertanyaanku, Honey." Tangan Sasuke kemudian membelai lembut rambut soft pink milik Sakura. "Kemana saja kau kemarin setelah pergi meninggalkanku?"
Sakura meneguk ludah. Sial, apa yang harus dia jawab? Jika dia menjawab bahwa dia pergi dengan pemuda lain, bisa-bisa dia diperkosa Sasuke dalam kelas. Membayangkannya saja, Sakura sudah sukses merinding.
Ehm, sepertinya khayalanmu terlalu tinggi, Haruno Sakura.
"Bu—bukan urusanmu!"
BRAK!
Sasuke mendorong tubuh Sakura ke arah pintu kelas yang sudah di kunci Sasuke dari dalam entah sejak kapan. Sakura meringis kesakitan. Dorongan Sasuke cukup keras sehingga membuat punggung perempuan itu akan memerah nantinya.
"Kemana saja kau kemarin setelah pergi meninggalkanku, Honey?" Sasuke mengulang pertanyaannya. "Jawab dengan jujur!"
Sakura kembali meneguk ludah, kenapa Sasuke terlihat begitu marah? "I—itu bukan urusanmu, Uchiha!"
"Itu urusanku Haruno, kau itu kekasihku!"
"Aku kekasihmu? Apa kau tidak ingat perkataanku kemarin, huh? Aku itu perlunya disayangi bukan untuk dimesumi!"
"Aku menyayangimu, Haruno Sakura!"
"Kau memesumiku, Uchiha Sasuke!"
Kilat-kilat pun terpancar di kedua mata mereka. Masing-masing menatap tajam lawan bicaranya. Gimana mau baikan kalau sama-sama keras?
"Baiklah, aku mengaku salah. Sekarang maafkanlah aku."
"Heh! Kau pikir minta maaf itu seenak jidatmu?!"
Sasuke mendecih kesal. Di pagi hari yang cerah ini kenapa dia harus bertengkar. Belum lagi pantulan suara dari teriakan-teriankan mereka yang menggema di kelas.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan, huh?" Sasuke menatap tajam ke arah Sakura.
"Aku ingin kita putus!"
CTAK!
4 sudut siku-siku tercetak luas di jidat Sasuke.
"Cih! Bertengkar denganmu itu hanya memperpanjang masalah," Sasuke memijit pelipisnya. "apa perlu aku mendiamkanmu?"
"Mendiamkanku? Haha! Kau takkan bisa mendiamkanku kalau aku sudah marah!"
"Benarkah?" Sasuke tersenyum nakal. "Apa kau yakin?"
"Ya! Aku yakin!"
"Begitu ya," Sasuke kemudian mendekat ke arah Sakura sembari membelai rambut perempuan tersebut.
Inner Sakura menjerit tidak suka.
Sial, senyumanya membawa petaka!
Perlahan Sasuke mempersempit jarak antara dirinya dan Sakura. Sasuke menghimpit Sakura dengan sengaja. Hal tersebut sukses membuat Sakura merasa tak nyaman.
"A—apa yang kau lakukan?"
"Membuatmu menjadi diam," Sasuke memajukan wajahnya ke wajah Sakura. "ada masalah?"
Wajah Sasuke semakin dekat dengan Sakura. Sakura yang sudah tahu apa yang akan terjadi selanjunya mulai mendorong Sasuke dengan sekuat tenaganya. Walaupun tenaga perempuan itu kurang kuat dengan tenaga pemuda di hadapannya.
"Hei, kenapa kau mendorong tubuhku?" Sasuke tersenyum licik. "Aku kan ingin membuatmu diam."
Sasuke yang tidak mau kalah tetap bersikeras memajukan wajahnya ke wajah Sakura. Sakura yang juga merasa tidak mau kalah mulai semakin mendorong Sasuke agar tidak terjadi hal yang menurutnya mengerikan.
"Heh! Apa-apaan ini?!" Sasuke membentak Sakura. "Cepat berikan bibirmu padaku!"
"Apa?!" Sakura menatap Sasuke dengan tatapan tak suka. "Aku tak ingin bibirku dinodai bibirmu!"
"Cih! Terpaksa aku memakai cara kasar!"
Dengan perasaan yang masih kesal, Sasuke mulai memajukan kepala Sakura agar mendekati wajahnya. Sedetik kemudian mereka pun berciuman. Rasa kaget dan emosi bercampur menjadi satu. Sasuke mencium perempuan itu dengan liar. Dari ciuman menjadi kuluman. Sasuke mengulum kasar bibir perempuan itu. Sakura yang sedari tadi melawan kini tak bisa berkutik lagi karena Sasuke menghimpitnya. Sekarang perempuan itu hanya bisa mengerang. Kedua tangan Sakura di letakan Sasuke di samping kiri dan kanan perempuan itu. Bosan dengan hanya mengulum, digigitnya bibir ranum Sakura yang sukses membuat perempuan itu mengerang dan membuka mulutnya. Tanpa basa-basi lagi, Sasuke langsung memasukan lidahnya ke dalam mulut Sakura. Diobrak-abriknya mulut Sakura tanpa mempedulikan air liur yang sudah menjadi satu. Diajaknya lidah Sakura untuk beradu bersama lidahnya. Tapi sayang Sakura tak dapat mengimbanginya, akhirnya air liur mereka yang sudah bercampur menjadi satu tersebut menetes keluar dari mulut Sakura.
"Nggghh! Ummhh!" Sakura mengerang hebat saat dia merasakan pasokan udaranya telah habis.
Seakan mengerti, Sasuke langsung mengakhiri ciuman tersebut. Terlihat ada benang saliva yang masih terhubung di bibir mereka. Mereka berdua pun menghirup udara sebanyak-banyaknya. Sasuke melirik ke arah perempuan di hadapannya tersebut. Yang benar saja, keadaan Sakura sangat kacau. Wajah yang semerah tomat, bibir yang membengkak dan basah akibat air liur, juga nafas yang terengah-engah.
Sasuke meneguk ludah.
Ini makanan yang benar-benar enak.
"Sakura..." Suara berat Sasuke membuat perempuan itu melirik ke arahnya. "...kau adalah milikku. Milik Uchiha Sasuke seorang."
Entah sadar atau tidak, wajah perempuan tersebut kembali menjadi merah. Kemudian Sasuke menundukkan wajahnya. Sekarang tempat sasarannya adalah leher Sakura.
Sasuke memajukan wajahnya ke leher Sakura. Dikecupnya leher tersebut dengan pelan dan hal tersebut berhasil membuat Sakura mendesah kecil. Setelah beberapa kali dikecup, Sasuke langsung menjilat leher itu dengan pelan dan penuh perasaan. Sakura mendesah pelan.
"Nghh~ a—ah...Sa—Sasuke...le—pas!"
Tanpa basa-basi lagi, digigitnya leher jenjang perempuan tersebut dengan kasar tapi lembut. Sakura mengerang dan merintih kesakitan. Sakit dan geli telah dia rasakan. Gigitan Sasuke menghasilkan sebuah tanda kepemilikan darinya. Tanda bahwa Sakura adalah miliknya seorang dan dia tidak akan pernah membagi kepada siapapun.
"Lepaskan!" Sakura kembali berontak ketika Uchiha tersebut kembali menjilati tanda kepemilikannya. "Lepaskan atau kau akan...a—aah...me—menyesal!"
Seakan telinganya tuli, pemuda berambut raven tersebut terus melanjutkan aksinya. Dikecupnya leher jenjang tersebut kemudian dijilatnya setelah itu baru digigitnya kasar.
"Lepaskaaannn!"
GRAUP!
"Aaaaarrrrrggghhh!"
Uchiha Sasuke merintih kesakitan.
.
.
.
"Ano, leher kalian kenapa?"
Kedua manusia yang berbeda jenis tersebut menoleh ke arah sumber suara. Dapat dilihat oleh mereka seorang pemuda berambut kuning jabrik dengan tatapannya yang innocentbertanya sesuatu yang bodoh dengan mereka.
"A—ah, Na—Naruto-kun, i—ni..."
"Kiss Mark?"
BLUSH!
Wajah Sakura menjadi kepiting rebus. Untung saja kelas siang ini sedang ribut, jadi yang mendengar perkataan Naruto tadi hanya mereka berdua.
"Tapi..." Naruto melirik ke arah leher Sasuke. "...kenapa kiss mark yang ada di leher Sasuke seperti bekas gigitan hewan buas ya?"
Sasuke dan Sakura tertawa hambar.
"Su—sudah ya Na—Naruto-kun, sekarang kami ingin ke UKS dulu," Sakura menarik tangan kanan Sasuke. "ayo, Sasuke-kun!"
Sasuke menghela nafas sambil berucap singkat, "Hn." Meninggalkan sosok pemuda kuning jabrik yang dibuat bingung oleh mereka berdua.
.
.
.
"Kau tahu, Sakura? Gigitanmu itu membuat leher mulusku jadi bengkak!"
"Salahkan dirimu yang tidak mau melepaskanku!"
Suara-suara teriakan menggema di ruang UKS yang kelihatan sunyi hari ini. Kedua manusia yang berbeda jenis kelamin dan rambut pun kembali menatap tajam lawan bicaranya. Kilat-kilat dan api amarah juga menambah perang mereka siang hari ini.
Sasuke menghela nafas. Pemuda ini sudah lelah karena setiap hari mereka tidak pernah akur. Selalu saja bertengkar. Apa ini yang disebut pacaran?
Sekali lagi pemuda itu menghela nafas.
"Sakura..." Perempuan berambut soft pink tersebut menoleh ke arah pemuda raven yang memanggil namanya. "...boleh aku bertanya?"
Sakura mendengus kesal. "Apa?"
"Apa kau mencintaiku?"
Pertanyaan yang meluncur dari bibir pemuda tersebut sukses membuat Sakura tersedak. Pertanyaan macam apa ini?
"Ma—mana aku tahu!"
"Jawab yang benar!"
Sakura meneguk ludah, ada apa ini? Kenapa Sasuke membentaknya?
"Kau itu kenapa sih?!" Sakura menatap tajam iris Sasuke. "Aku membencimu! Jangan berpikir bahwa aku lupa tentang kejadian di kereta itu!"
Sasuke mengerang kesal. Sial. Hubungan mereka sebenarnya seperti apa sih? Selalu saja tidak jelas. Hanya Sasuke yang menganggap mereka berpacaran. Tapi Sakura? Aaarrrggghhh! Memikirkannya membuat kepala Sasuke sakit karena kebanyakan pikiran.
"Kau..." Sasuke menatap Sakura dengan serius. "...apa kau melupakan kejadian 2 tahun lalu?"
DEG!
Kejadian...
...2 tahun lalu?
"Apa kau melupakannya, Sakura?"
Tunggu,
Perempuan berambut soft pink tersebut menatap heran pemuda raven di hadapannya. "Apa maksudmu?"
"Aku..." Sasuke semakin menatap Sakura intens. "...a—aku..."
"Sakura-chan?"
Kedua manusia berbeda jenis tersebut menoleh kearah sumber suara. Tepat di depan pintu UKS tersebut telah berdiri seorang pemuda berambut merah sedang menatap mereka bingung membuat Uchiha Sasuke mendengus kesal. Padahal ini kesempatan langka. Belum lagi pemuda itu memanggil perempuannya dengan nama kecil, bahkan ada suffikschan.
"A—Akasuna-san?" Uchiha Sasuke menatap tajam Sakura. Darimana perempuan ini tahu nama pemuda berambut merah tersebut? Yah, walaupun bukan nama kecil.
"Ah, aku tak sengaja mendengar ada suara ribut di UKS, ternyata itu suara kalian berdua ya." Sasori tertawa hambar. "Apa yang kalian lakukan?"
DEG!
DEG!
DEG!
"Ka—kami..." Terlihat wajah kaku Sakura yang berusaha menyembunyikan sesuatu. "Ka—kami hanya me—mengobati luka ringan. Hahaha."
"Benarkah?" Sasori kemudian mendekat ke arah Sasuke. "Ah, bukankah kau Uchiha Sasuke?"
Merasa namanya disebut, Uchiha Sasuke menoleh ke arah pemuda yang berbeda rambut dengannya. "Hn,"
"Kalian pacaran?" Sebuah pertanyaan aneh meluncur dari mulut Sasori.
"Ten—ummmpp!"
"Tidak! Kami hanya teman kok! Lebih tepatnya sahabat." Seru Sakura tiba-tiba sambil membekap mulut Sasuke.
"Syukurlah," Sasori menghela nafas lega yang sukses membuat Uchiha Sasuke mendelik tajam ke arahnya. "Sakura-chan, bisa ikut aku sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan."
Tanpa pikir panjang, perempuan berambut soft pink itu langsung mengangguk tanpa mempedulikan pemuda raven yang sudah cemburu tingkat tinggi melihatnya.
Sial.
Sakura saja tidak pernah mengangguki permintaannya tanpa beban.
Sial.
"Kalau sudah selesai, cepat kembali ke kelas!" Seru Sasuke ketika melihat perempuan soft pink tersebut sudah di ujung pintu. "Jangan terlalu lama!"
"Iya cerewet!"
BRAK!
Dan pintu UKS pun tertutup kasar. Meninggalkan pemuda berambut raven tampan yang terdiam sambil menatap pintu yang tertutup rapat tersebut.
Sial.
Sejak kapan hatinya jadi kepentok dengan perempuan yang sulit ditaklukan itu?
.
.
.
"Apa yang ingin kau bicarakan, Akasuna-san?" Sakura menatap pemuda berambut merah yang sedang berjalan disampingnya. "Kita mau kemana?"
"Umm...aku akan mengatakannya setelah kita ada di atas atap sekolah saja ya,"
DEG!
Tunggu.
Atap sekolah?
Itu kan...
...tempat Sasuke menyatakan cinta padanya!
Sakura membeku ditempat.
"Sakura-chan kenapa?"
"Ti—tidak apa-apa kok, Akasuna-san," Sakura tertawa hambar. Mana mungkin dia mengatakan tak ingin ke atap sekolah. "A—ayo kita ke atap sekolah."
Sasori mengangguk sambil tersenyum. "Kau bisa memanggilku Sasori. Rasanya tak adil kan kalau hanya aku yang memanggil nama kecilmu."
Sakura mengelus tengkuknya ragu. "Ba—baiklah kalau begitu."
Tanpa terasa mereka berdua pun telah sampai di tempat tujuan. Sasori pun membuka pintu atap sekolah kemudian menutupnya rapat agar tak ada orang yang mendengar pembicaraan mereka. Entah sadar atau tidak Sakura melihat pemuda itu gugup. Ya, ekspresi yang sangat meyakinkan bahwa pemuda itu dilanda kegugupan.
"Sa—Sakura-chan...aku...a—aku..."
Dengan sabar, perempuan itu menunggu kelanjutan ucapannya. "Ya?"
"I—ini," Pemuda berambut merah tersebut mengeluarkan sebuah gelang manis dengan aksesoris clover berdaun empat. "semoga kau suka,"
"Ah, tentu saja aku menyukainya, Sasori-kun," Diambilnya benda tersebut kemudian menatapnya kagum sambil tersenyum. "terimaka—!"
"Aku menyukaimu, Sakura-chan," Potong pemuda tersebut membuat perempuan soft pink itu membelalakkan matanya kaget. "sangat-sangat menyukaimu. Aku tak peduli bahwa pertemuan pertama kita memalukan, tapi aku menyukaimu."
Eh?
Tunggu,
Ini mimpi, ya?
"Tu—tunggu, apa yang kau bicarakan?"
"Aku menyukaimu, Sakura," Pemuda tersebut menatap Sakura serius kemudian membelai rambut soft pink miliknya. "aku tak akan melepaskanmu,"
Perempuan tersebut diam membeku.
Sungguh,
Apa yang harus dia lakukan?
Apa yang harus dia jawab?
"Sa—Sasori-kun, a—aku..."
BRAK!
"Sakura! Apa yang kau lakukan dengannya?!"
Demi tuhan, perempuan itu sangat mengenal suara pemuda yang memanggil namanya dengan nafas yang terengah-engah. Menoleh ke arah sumber suara, perempuan itu menahan nafas kaget.
Tidak mungkin!
"Sa—Sasuke?"
Kami-sama...
...tolong aku!
.
.
.
TO BE CONTINUE

Next
This is the most recent post.
Posting Lama

3 komentar:

Total Tayangan Halaman